Jakarta, dogma.id- Tokoh pers sekaligus akademisi Salim Said meninggal dunia pada Sabtu, 18 Mei 20024 pukul 19.33 WIB. Salim Said, yang juga pernah bertugas sebagai Duta Besar RI untuk Ceko ini mengembuskan napas terakhirnya setelah sempat dirawat di RSCM, Jakarta.
Kabar kepergian Salim Said dikonfirmasi oleh sang istri, Herawaty. Kabar tersebut dikonfirmasi melalui pesan singkat yang diterima sejumlah wartawan pada Sabtu. Ketua Dewan Pers Dr. Ninik Rahayu menyampaikan ucapan mendalam melalui pesan singkat, “Innalillahi Wainnailaihi Rojiun. Saya dan Dewan Pers menyampaikan duka cita mendalam. Allahumagjfirlahu Warhamhu Waafihi Wa’fuanhu. Insya Allah beliau husnul khotimah. Aamiin,” kata Dr. Ninik Rahayu melalui pesan tertulis pada, Sabtu 18 Mei 2024.
Dia mengatakan, Salim Said merupakan sosok wartawan senior dan juga sahabat bagi semua wartawan di Tanah Air. Tidak hanya aktif di dunia pemberitaan, Salim Said juga merupakan sosok yang aktif dalam industri perfilman tanah air.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ninik Rahayu juga menjelaskan bahwa Salim Said merupakan sosok pemikir dengan daya yang kritis dan juga gigih. Hal tersebut membuat berbagai kemajuan di dunia pers nasional. “Kegigihan, pemikiran dan daya kritisnya telah memajukan kemerdekaan pers di Indonesia” ucap dia.
Salim Said juga dikenal seorang yang aktif dalam menuliskan buku yang banyak menghasilkan berbagai judul yang bertemakan, film, politik dan juga militer semasa hidupnya. Tidak hanya itu saja, Salim Said juga dikenal sebagai seorang yang giat dalam menimba ilmu.
Ketua Umum PWI Pusat Hendry Ch Bangun menyatakan Salim Said merupakan teladan bagi insan pers di tanah air sehingga wafatnya menjadi kehilangan besar bagi komunitas pers di Indonesia. “PWI Pusat sangat berduka atas wafatnya Prof. Salim Said, seorang wartawan di Majalah Tempo yang belakangan lebih dikenal sebagai intelektual,” kata Hendry Ch Bangun.
“Kita kehilangan tokoh pers besar yang semakin jarang tampak padahal dunia pers membutuhkan keteladanan seperti Prof. Salim Said yang produktif dengan karya yang bermutu dan tidak pernah takut menyatakan kebenaran,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum PWI Pusat itu melanjutkan almarhum Prof Salim Said juga menunjukkan bahwa wartawan dapat menjadi apa saja untuk mengabdi kepada bangsa dan negara. Salim Said semasa hidupnya juga pernah bertugas sebagai duta besar RI untuk Republik Ceko pada 2006–2010, kemudian menjadi anggota MPR RI pada 1998–1999.
Tidak hanya itu, Prof Salim Said juga aktif mengajar di kampus-kampus ternama Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Hendry menilai Indonesia punya dua tokoh pers yang serbabisa, yaitu Adam Malik yang jabatan tertingginya merupakan Wakil Presiden RI, dan Salim Said.
“Prof Salim Said menunjukkan bahwa wartawan dapat menjadi apa saja karena salah satu kuncinya terus belajar, otodidak maupun lewat jalur formal di kampus” kata dia.