Dogma.id – Belakangan ini kian memprihatinkan kondisi ke seluruh penjuru di negeri kita akibat maraknya judi online (judol) menyusul kasus pinjaman online (pinjol). Dalam keterangan kepada pers pada Selasa (18/6/2024), Kepala PPATK Ivan Yustiavandana menyampaikan, total mencapai triliunan rupiah uang terkait judi online beredar dan mengalir ke 20 negara.
Sedangkan pinjaman online, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhannya lebih massif. Total pembiayaan dari pinjol atau peer-to-peer (P2P) lending mencapai 61,1 triliun pada Februari 2024. Naik 21,96 pers dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Judol dan Pinjol ini dua hal yang saling terkait dan tidak terpisahkan. Karena kecanduan judi online, seringkali pelakunya lari ke pinjol kilat demi mendapatkan dana untuk berjudi. Alhasil, utang judi dan pinjol menumpuk, menjerat dan melilit, sehingga sulit keluar dari jeratan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Banyak korban hingga berujung pada kasus bunuh diri atau melakukan pembunuhan, perbuatan kriminal, pencurian, perceraian tak terhindarkan, gangguan temperamental, serta banyak lagi kisah muram dan buram akibat judol dan pinjol.
Yang menyedihkan, pelaku judol dan pinjol ini tak mengenal kelas tertentu. Dari perorangan hingga lembaga BUMN tak terkecuali karyawan kantor Pos. Kalah berjudi, uang kas kantor ratusan juta dibawa kabur, bahkan lebih dari setengah miliar dana pensiun para veteran dan janda dikorupsi untuk judi.
Mencegah bertambahnya korban, Management PT Pos Indonesia berkaloborasi dengan Komunitas Nasuha berupa temu CIF, Corporate Inspiring Forum, secara zoom pada Jumat (28/6/2024). Ustadz Farhan Mauludi, LC, M.Ag dari NASUHA mengajak masyarakat untuk memahami dan mewaspadai bahaya dan risiko tinggi dari pinjaman kilat online.
“Judi online dan pinjaman online berdampak buruk yang luas ke sendi-sendi kehidupan. Bisa menjegal karir, merusak bahkan menghancurkan rumah tangga, hingga mengakhiri hidup. Solusi untuk keluar dari jeratan judol dan pinjol ini adalah penguatan fundamental akidah. Ini dasar untuk kembali ke fitrah diri manusia sebagai makhluk ciptaan Allah, yakni dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi lararangan-Nya,” demikian Ustadz Farhan pada zoom meeting yang dimoderatori oleh Vice President Human Capital Services, Nandi Hidayat.
Lebih lanjut diulas tentang empat pilar untuk bangkit dan hidup bahagia sesuai tagline Komunitas NASUHA ‘Lunas Utang, Hidup Bahagia’. Yang utama, memperbaiki ibadah, lalu bersungguh-sungguh membangun dan memperbaiki bisnis atau ikhtiarnya, mengharmoniskan hubungan dalam keluarga, dan menjalin relasi yang baik dengan lingkungan sosial di sekitarnya.
Sekretariat Komunitas NASUHA di Jalan Rawamangun Muka Selatan No 11, Jakarta Timur itu kini telah melayani masyarakat se-Tanah Air. Berbagai kegiatan positif untuk penguatan empat pilar tersebut dengan prinsip LILLAH (karena dan untuk Allah), FILLAH (berjuang dengan berdakwah di jalan Allah), BILLAH (menang karena mendapatkan NASrullah, pertolongan Allah).
NASUHA pun siap berkolaborasi dengan kementerian dan BUMN lain untuk ikut terlibat memberikan edukasi pencegahan judi online dan pinjaman online. (*)