Banjarnegara, dogma.id – Pagelaran wayang kulit menjadi bagian dalam rangka ruwat bumi, Desa Cendana , Kecamatan Banjarnegara. Acara wayang kulit ini juga menjadi bagian dari rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Hal tersebut disampaikan Kepala Desa Cendana Tusro saat membuka acara pagelaran wayang kulit yang di gelar di lapangan Desa Cendana Jum’at malam (12/7/2024).
Pagelaran wayang kulit dihadiri Pj Bupati Banjarnegara Muhamad Masrofi, Sekretaris Daerah Banjarnegara Indarto, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Tursiman serta Jajaran Forkompimca Kecamatan Banjarnegara.
Acara pagelaran wayang kulit tersebut menjadi salah satu acara dalam rangka ruwat bumi Desa Cendana yang digelar setiap tahun. Sebelumnya panitia juga telah mengadakan tasyakuran warga serta santunan untuk anak yatim.
“Kami mengumpulkan dana dari warga untuk santunan anak yatim, dan Alhmadulillah terkumpul 20 juta yang langsung disalurkan kepada anak-anak yatim di desa kami, mudah mudahan ini akan menjadi keberkahan bagi warga Desa Cendana,” katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tusro menambahkan, pagelaran wayang kulit dengan dalang Julung Gandik Edi Asmoro tersebut mengambil lakon “Wahyu Katentreman”.
Lakon ini menurutnya sebagai wujud cerminan agar warga Desa Cendana aman , damai dan tentram tanpa ada perpecahan.
Pj Bupati Banjarnegara Muhamad Masrofi pada kesempatan tersebut mengatakan, ruwat bumi sebagai adat istiadat dan salah satu tradisi budaya di jawa harus terus di uri-uri agar tidak hilang.
Ruwat bumi atau sedekah bumi ini merupakan bentuk syukur atas yang yang sudah diberikan bumi untuk masyarakat sehingga harus disyukuri.
Masrofi menjelaskan, meruwat bumi merupakan bentuk menjaga dan merawat alam yang sudah memberikan beragam keberkahan bagi manusia, untuk itu sebagai manusia harus terus menjaga agar desa cendan menjadi desa yang subur gemah ripah loh jinawi.
“Kita juga harus eling dan waspada, dan selalu bersyukur atas ramat yg di berikan kepada masyarakat, eling artinya ingat semua yang telah diberikan Tuhan kepada kita, dan waspada artinya waspada terhadap ancaman dan gangguan sehingga kita selalu mawas diri,” katanya.
Masrofi juga meminta agar pagelaran wayang yang di gelar pada ruwat bumi tersebut bisa menjadi pelajaran bagi warga masyarakat.
“Wayang itu bisa menjadi gambaran kehidupan kita, karena di kehidupan itu kita mau baik atau tidak baik ada gambarannya dalam cerita-cerita wayang, ibaratnya filsafat dari wayang itu penuh dengan nasehat, sehingga kita perlu belajar pada cerita-cerita perwayangan,” lanjutnya.
Pada kesempatan tersebut Masrofi juga meminta agar masyarakat Desa Cendana bisa ikut menjaga kondusifitas menjelang pemilihan bupati dan Gubernur pada tanggal 27 November mendatang.
“Saya minta agar masyarakat disini bisa ikut menjaga persatuan dan kesatuan dan menjaga iklim sejuk agar situasi di desa Cendana ini kondusif dan tetap rukun meski adaperbedaan pilihan dalampildana besok,” katanya.(ahr/bgs)