Dogma.id – Musisi kenamaan Iwan Fals menulis lagu Ambulan Zig Zag, Ia menyampaikan tentang buruknya pelayanan kesehatan tempo dulu. Bagaimana tenaga kesehatan sangat cekatan menangani si nyonya kaya yang pingsan, kontras dengan menomorduakan luka bakar bapak berkain sarung karena tak membawa uang pengobatan.
Namun dibantah, anggapan lagu bang Iwan tak lagi berhubungan saat ini. Sebab, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan telah memeratakan prinsip kesehatan hingga pelosok negeri.
Perlindungan konstitusi Pasal 28 H dan Pasal 34 ayat (3) UUD 1945. Setiap warga negara berhak mendapatkan layanan kesehatan, negara wajib menyediakannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tak ada lagi perpaduan antara si berduit dengan berkantong tipis. Pelayanan kesehatan juga milik si miskin.
Namun penulis sedikit ragu, “apa iya begitu?” Sudah satu dekade program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS berjalan, bagaimana dengan orang pedalaman tidak jauh dari akses pelayanan kesehatan.
Di Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi, Tepatnya di Desa Pulau Lintang, Kecamatan Bathin VIII. merupakan derah yang masih alami dan belum terjamah pembangunan kota.
Pengobatan Terhampar di Alam Raya
Setelah berkenalan dengan penduduk setempat bernama Junai, lalu ia bercerita, ada banyak tumbuhan yang jadi ramuan pengobatan.
“Kalau sakit gigi, ambil kulit kayu Meribung, lalu dipanggang pakai api kecil dibungkus daun pisang, kulit itu dibekukankan ke gigi yang sakit hingga detak jantungnya berhenti,” kata Junai.
Namun Junai menambahkan, jika warga SAD jarang terjangkit sakit gigi. Mungkin karena kebiasaan mereka yang selalu melihat sirih bercampur pinang itu. “Gigi kami jarang sakit,” ucap Junai singkat.
Jika sakit kepala atau pusing, lanjut Junai, maka akar Unang menjadi solusi. Akar ini mirip dengan akar beringin, namun berparasit ke batang pohon durian.
“Akar ini kecil namun kuat, tak bisa ditarik. Lalu kita belah, bagian kulit pembelahan terikat di kepala sampai peningnya hilang,” ujar Junai.
Jenis akar lain, kata Junai, bisa mengobati iritasi pada mata. Akar bewarna hijau ini bernama akar Timah.
“Batang akar ini lembut, kita potong akarnya lalu ditegakkan, maka ada airnya yang netes. Itulah yang kami ucapkan terima kasih ke mata, ini lumayan mudah diperoleh,” ucap pria 37 tahun itu.
Junai mengatakan, jika ada ibu melahirkan, untuk memotong tali pusar si anak, maka di dua sisi diikat dengan selindan daun nanas yang berbentuk seperti tali pancing. “Ikat di atas ikat di bawah lalu potong, dan untuk pengobatan lukanya bisa pakai arang emang, dioles hingga kering,” kata Junai.
Junai menyebut, ada satu penyakit yang belum ditemukan ramuannya di hutan, namun justru sakit tersebut sering muncul saat rutinitas melambat.
“Sakit pinggang belum ada ramuannya, selain sakit pinggang ada banyak obatnya,” kata Junai.
Dulu Pasrah, Sekarang Pakai BPJS
Junai mengakui ramuannya juga tidak serta merta menyembuhkan semua penyakit. Ia menganalogikan saat petani menanam bibit di banyak lubang, tentu ada satu dua bibit yang tidak tumbuh. Jika begitu BPJS jadi solusi.
“Contohnya terkilir, memang ada ramuan kendur urat, namun ini cuma jadi pertolongan pertama, setelah dioles, pengobatan lanjutannya baru ke medis. Ada lagi sesak nafas yang juga sulit disembuhkan, biasa kami pakai minyak kelelawar pisang, tapi kami juga biasa ke puskesmas pakai BPJS,” ucap Junai.
Jika dulu, kata Junai, dalam proses pengobatan, pasien tidak kunjung sembuh, maka tidak ada solusi, kecuali pasrah yang diterima. Untuk itu, saya sangat bersyukur pemerintah melalui BPJS Kesehatan memberikan solusi, sehingga kini bisa merasakan pelayanan kesehatan secara manusiawi dan yang terpenting cuma-cuma.
“Kalau berobat tidak kunjung sembuh, maka kami pasrah. Ketika kita mendapatkan keraguan dengan ramuan, kita bisa lari ke dokter, bisa membantu lebih dalam lagi, karena kita juga tidak tahu ramuan itu bisa cocok atau tidak,” kata Junai.
Cakupan Kesehatan Universal Solusi Kesehatan Masyarakat
Apa yang diperoleh warga SAD sejalan dengan apa yang menjanjikan Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti. Ali memastikan seluruh masyarakat Indonesia dapat memperoleh pelayanan berkualitas tanpa adanya diskriminasi.
Menurut Ali, dalam satu dekade penyelenggaraan JKN, cakupan peserta hingga akhir Desember 2023 mencapai 267,31 juta atau 95,75 persen. Sementara total peserta BPJS Kesehatan sebanyak 606,7 juta orang, terus melonjak dalam waktu 10 tahun terakhir.
Selain itu, Ali terus mendorong di setiap daerah menjadi Universal Health Coverage (UHC). Sistem penjaminan kesehatan yang memastikan setiap warga dalam populasi memiliki akses yang adil terhadap pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, berkualitas dengan biaya terjangkau.
Dari 11 kabupaten kota di Jambi, Sarolangun sudah meraih sertifikat UHC tersebut. Sehingga, program JKN sudah menjadi solusi masalah kesehatan, dan masuk ke seluruh lini masyarakat, menembus Orang Rimba Jambi.
Penulis : Yudi
Editor : Nur Laili Khoirunnisa