dogma.id – Manusia adalah mahluk entitas yang terbuka, Dimana semua zat yang bisa di toleransi sel dengan caranya masing-masing maka proses pertukaran zat mampu masuk dan berinteraksi dengan sel , jaringan dan organ manusia, entah itu zat padat, zat cair, ataupun gas. Tentunya kita mengetahui bahwa untuk mengobati penyakitpun ada yang dengan oksigen, hudrogen, cairan, bahkan benda implant lainya seperti platinum untuk patah tulang. Ini karena mineral manusia lengkap dan jika berinteraksi akan mengalami proses darimulai peradangan, proliferasi sampai penyesuaian dan maturase dalam proses penyembuhannya. Bahkan plate jika sudah diterima oleh tulang , logam tersebut akan tertutup callus ( tulang baru ) dan akhirnya tertanam didalamnya jika tidak di ambil.
Kondisi inilah yang menyebabkan manusia bisa dibantu penyembuhannya dari bahan alami tumbuhan, hewan, zat kimia dan lainya dengan mengambil zatnya. Hal tersebut karena didalam manusia sendiri ada sel induk dan sel muda lainya yang berdungsi mememperbaiki diri sendiri. Salah satunya adalah Platelet Rich Plasma yang diambil dengan prosedur tertentu ( centrifuge) dari darah dalam darh manusia yang sakit itu sendiri dan kemudian disuntikkann Kembali ke tempat yang nyeri.
Nyeri sebenaranya terjadi karena hypoksia atau kekurangan oksogen pada jaringan syaraf sehingga terjadi gangguan pada organ yang di sarafinya. Untuk itulah factor pertumbuhan yang terkandung di Platelet rich plasma mampu membantu memperbaiki daerah sekitar nyeri tersebut. Platelet-rich plasma merupakan volume plasma dengan konsentrasi trombosit yang lebih tinggi dari rata-rata dalam darah perifer. PRP efektif untuk memperbaiki penyakit musculoskeletal, salah satunya osteoarthritis dan luka kronis seperti ulkus diabetikum. Walaupun ikhtiar ini pada beberapa orang juga tidak selalu berhasil karena faktor intrinsic tertentu didalam tubunya atau mengidap penyakit yang kompleks dan kronis.
Pada sendi yang terserang OA, terjadi gangguan metabolisme berupa peningkatan katabolisme dan penurunan anabolisme. Bila kartilago rusak, maka akan sulit sembuh secara alami karena sifatnya yang avaskular. PRP bekerja dengan berbagai cara untuk mencapai kondisi homeostasis pada sendi. PRP menurunkan katabolisme, menaikkan anabolisme, merangsang proses remodelling, meningkatkan kapasitas sintetik kondrosit dan produksi matriks serta menghambat proses apoptosis dari kondrosit. Kapasitas sintetik dari kondrosit dinaikkan melalui kenaikan regulasi ekspresi gen, sintesis prostaglandin dan deposisi kolagen tipe 2. Selain itu, sitokin-sitokin yang menyebabkan inflamasi dan nyeri juga dihambat oleh Platelet-rich Plasma sehingga pengobatan dengan PRP juga dapat mengurangi gejala dan keluhan nyeri.
Masih banyak perdebatan antara kandungan sel pada Platelet-Rich Plasma, yaitu antara PRP yang kaya-leukosit dan kurang-leukosit. Hal yang mendasari keuntungan PRP kurang-leukosit adalah karena leukosit dapat menjadi substansi proinflamasi di dalam sendi dikarenakan adanya efek protease dan oksidatif yang dilepaskan oleh leukosit. Sementara itu, keuntungan PRP kaya-leukosit adalah meningkatkan proliferasi kondrosit dan sekresi hyaluronat. Kontroversi ini selalu terjadi bahwa setiap pemberian manipulasi apapun memang ada resiko komplikasi, ibarat meminum obat selalu ada resiko reaksi alergi dan inflamasi.
Platelet-Rich Plasma kurang-leukosit memiliki hasil fungsional yang lebih baik dibandingkan dengan Platelet-Rich Plasma kaya-leukosit. Terapi PRP kurang-leukosit memiliki perbaikan skor WOMAC (Western Ontario and McMaster Universities Arthritis Index) yang bermakna dibandingkan dengan injeksi asam hialuronat atau plasebo. Sedangkan PRP kaya-leukosit tidak ditemukan keuntungan ini. Namun, secara umum studi-studi yang diikutsertakan memiliki kualitas bukti yang rendah.
Selam ini, para dokter menyuntikan Kortikosteroid intra-artikular bekerja dengan cara menekan proses inflamasi. Kortikosteroid memberikan manfaat kecil dibandingngkan PRP menurut berbagai penelitian Ilmuwan. Tanpaoprasi.com bisa menjawab keluhan nyeri anda dengan konsultasi gratis. Penggunaan PRP pada OA lutut juga dapat secara signifikan memperbaiki nyeri dengan parameter WOMAC, VAS, dan Lysholm. Selain itu, setelah 2 tahun follow-up dapat meningkatkan pertumbuhan kartilago. Gato-Calvo et al (2019) meneliti bahwa, berdasarkan 5 RCT yang mengevaluasi injeksi intraartikular PRP dibandingkan dengan intervensi intraartikular lainnya (hyaluronic acid, kortikosteroid, saline), didapatkan PRP lebih direkomendasikan dibandingkan terapi intraartikular lainnya, terutama asam hyaluronat. PRP didapatkan memperbaiki rasa nyeri hingga 12 bulan.[4]
Forogh, et al (2016) pada studinya mendapatkan bahwa injeksi intraartikular kortikosteroid dan PRP aman dan memiliki efek positif pada pasien OA lutut grade II/III. Dibandingkan dengan kortikosteroid, PRP secara signifikan lebih baik dalam meringankan nyeri, menghilangkan gejala, meningkatkan fungsi hidup sehari-hari dan meningkatkan kualitas hidup. Pada pemeriksaan berjalan 20 meter, PRP juga lebih baik dibandingkan dengan kortikosteroid (p=0.04).
Secara prosedur, penggunaan PRP juga masih bervariasi dari injeksi 2 kali sebulan, 3 injeksi dengan jarak 15 hari atau 21 hari. Namun, strategi pemberian terapi PRP yang paling sering diberikan yaitu setiap 3 minggu. Pemberian PRP lebih disarankan pada pasien usia muda dengan OA stadium awal dibandingkan pada pasien usia tua dengan perjalanan penyakit yang sudah lebih lanjut.
Bagi penderita nyeri yang lama, kronis dan memberat sering minum obat anti nyeri dan anti radang sendiri yang membahayakan lambungnya sehingga bocor serta membuat ginjalnya mempunyai beban berat. Maka suntikan autologous ini lebih efisien dibandingkan suntikan secretom maupun eksosome dari derivate aloogenik stemcell yang tidak kita ketahui berasal dari placenta siapa dan genetic syapa . kontroversi ilmuwan yang berkiblat allogenic dan autogenic Kembali pada pandangan manusia adalah entitas terbuka, semua adalah usaha manusia untuk menjaga Kesehatan.(Agus Ujianto)