JAKARTA, Dogma.id – Dalam era modern seperti sekarang, Institusi Pendidikan Islam dihadapkan pada beragam tantangan. Masa depan akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Abdullah Azwar Anas menyampaikan bahwa dalam menghadapi tantangan tersebut perlu memanfaatkan potensi generasi muda, serta mengembangkan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan zaman.
“Santri punya kesempatan yang baik. Tantangan kita hari ini adalah digitalisasi. Skill yang harus dimiliki anak muda adalah kreatif, menguasai teknologi, komunikatif, dan kepemimpinan yang baik,” ujar Menteri Anas pada acara Santri Digitalpreneur Indonesia 2024 di Pondok Pesantren Mabadi’ul Ihsan, Banyuwangi, Jumat (20/09).
Anas mengatakan, Sama seperti institusi pendidikan lainnya, institusi pendidikan Islam wajib meningkatkan kompetensi tenaga pendidiknya agar dapat meningkatkan kapabilitasnya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan baik. “Tantangan yang dihadapi adalah memfasilitasi program pelatihan dan pengembangan berkelanjutan bagi para SDM tersebut,” kata Menteri yang sekaligus menjadi pengasuh Ponpes Mabadi’ul Ihsan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa institusi pendidikan Islam harus dapat mengembangkan kurikulum yang relevan dan dapat menjawab kebutuhan di dunia global. Tentunya hal tersebut dilakukan tanpa mengorbankan nilai-nilai Islam, serta dapat memastikan kontribusinya signifikan di dunia internasional.
Tantangan terakhir yaitu perlunya menjalin kolaborasi dan kerja sama dengan institusi pendidikan Islam di berbagai sektor, baik itu di dalam negeri maupun mancanegara. “Institusi pendidikan Islam harus memastikan bahwa lulusannya unggul dan berdaya saing serta ke depan dapat berkontribusi jelang Indonesia Emas 2045,” tambahnya.
Sementara itu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno yang turut hadir menutup kegiatan Santri Digitalpreneur Indonesia 2024 menegaskan bahwa digitalisasi merupakan sebuah keniscayaan. Pada era ini, peluang-peluang dapat diambil dengan mengembangkan kemampuan diri menjadi digitalpreneur.
Menurutnya, penggunaan media sosial di Indonesia lebih tinggi dari rata-rata global. Peluang tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik tidak terkecuali oleh santri. Penggunaan media sosial rata-rata global selama 2 jam 31 menit setiap harinya. Sedangkan penggunaan medsos di Indonesia rata-rata perharinya adalah 3 jam 11 menit.
“Ini tantangan sekaligus peluang. Karena fenomena kita sudah terlihat dalam riset ternyata jika kita memiliki kemampuan mengisi dengan konten-konten yang positif, inspirasional, dan bisa mengedukasi kita akan mendapatkan banyak follower,” kata Sandi.
Sandiaga menyebutkan bahwa konsep POST harus dimiliki seseorang untuk menjadi seorang digitalpreneur. Konsep tersebut merupakan singkatan dari Plan, Optimize, Share, dan Track. Sementara itu untuk para santri yang ingin terjun pada dunia digitalpreneur juga dapat mengadopsi konsep FAST yang merupakan teladan dari sifat Nabi Muhammad SAW. Konsep FAST yaitu Fatonah, Amanah, Siddiq, Tabligh.
“Itulah yang menurut saya menjadi pedoman kita. FAST, gerak cepat yang sudah dicontohkan oleh Pak Anas. Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, dan kerja ikhlas,” pungkasnya.(*)