Malang, dogma.id – Lima mahasiswa Universitas Negeri Malang yang terdiri atas Hana Nawal Nuzulil Shafwah (ketua), Randi Permana (anggota), Julian Anang Imansyah (anggota), Akhmad Alfan Afandi (anggota), dan Muhamad Hafiatul Annur (anggota) telah menciptakan sebuah inovasi dalam skala prototype yang akan membantu petani padi dalam mengurangi gagal panen mereka akibat serangan hama burung pipit dan kurang optimalnya proses pemupukan yang dilakukan. Inovasi tersebut akan dikenal dengan nama Growth Tani.
Indonesia adalah negara agraris di mana pertanian memegang peranan cukup penting dalam perekonomiannya. Hal tersebut ditunjukkan dari banyaknya penduduk Indonesia yang telah menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian dan produk nasional yang banyak berasal dari pertanian. Akan tetapi, sektor pertanian mendapat tantangan berat sebab keadaan yang rentan terhadap serangan organisme pengganggu tanaman, seperti burung pipit.
Selain keadaan yang rentan terhadap serangan burung pipit, permasalahan yang tidak kalah penting berkaitan dengan proses pemupukan yang dilakukan. Dalam penerapannya, petani padi masih melakukan pemupukan secara manual, seperti menggunakan hand sprayer yang digendong di punggung. Proses pemupukan yang dilakukan tidaklah efektif sebab waktu yang dibutuhkan lama dan dapat menimbulkan kelelahan secara fisik pada petani padi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Permasalahan tersebut tentu memerlukan perhatian khusus dari berbagai pihak. Oleh karena itu, lima mahasiswa Universitas Negeri Malang beserta dosen pendamping mereka berusaha menciptakan inovasi yang lebih fungsional dan mudah digunakan oleh petani padi di Indonesia dengan nama Growth Tani. Salah satu pencipta Growth Tani yaitu Hana menjelaskan bahwa Growth Tani merupakan sebuah alat pengusir hama burung pipit yang dilengkapi dengan penyebar pupuk cair. Randi menambahkan.
“Growth Tani yang terdiri atas dua fungsi ini sudah berbasis Internet of Things (IoT), sehingga dapat dikontrol dengan mudah menggunakan aplikasi pada smartphone”. Jelas Randi
Julian pun menjelaskan bahwa pilihan menu yang ditampilkan dalam aplikasi Growth Tani pun telah disesuaikan dengan kebutuhan petani padi, sehingga mereka tidak akan kebingungan ketika menggunakannya.
“Growth Tani pun telah dilengkapi dengan sensor khusus, seperti sensor RCWL-0516 sebagai pendeteksi burung pipit dan sensor ultrasonik sebagai penghasil gelombang ultrasonik yang tidak menimbulkan kebisingan”, ujar Akhmad.
Kemudian, Hafi menambahkan bahwa selain mengusir hama burung pipit, dalam aplikasi pun telah disediakan pengatur waktu untuk menyebarkan pupuk cair.
Kedepannya, lima mahasiswa ini ingin menyempurnakan kembali alat yang dibuatnya, sehingga memiliki banyak kelebihan hanya dengan menggunakan satu alat saja.
“Harapannya, Growth Tani dapat menjadi inovasi yang bermanfaat dalam mengurangi gagal panen pada petani padi di Indonesia”, ujar Hana.
Melalui ini mereka bersepakat bahwa, “Petani merupakan penyelamat dunia, mereka menanam harapan pada setiap lubang yang dibuatnya”.