dogma.id – Ageing merupakan sunatullah atau proses kepastian Dimana semakin lama waktu sel, jaringan dan organ manusia hidup maka akan semakin badan disebut menua dengan berbagai tanda-tanda penuaan dan di kulit biasanya muncul keriput dan berbagai perubahan lainya. Maka Upaya manusia dengan berbagai hal membuat perlakuan terapi dan treatment mulai dari operasi menarik kekendoran kulit, memberikan injeksi antioksigen sampai memberikan faktor pertumbuhan dari badannya sendiri, sementara yang lain berani menyuntikan sel punca dari bahan dasar sel orang lain.
Para tenaga Kesehatan, sebelum memberikan aplikasi kepada pasiennya, maka biasanya dia mengikuti kursus pada seniornya yang sudah berpengalaman baik privat maupun melalui Lembaga resmi. Mereka juga terus meneliti untuk memahami bagaimana PRP dapat meningkatkan peremajaan wajah baik dengan membandingkan PRP dengan plasebo. Seperti Cameli dan timnya menyimpulkan penelitian mereka bahwa PRP meningkatkan tekstur kulit, elastisitas dan kehalusan, fungsi penghalang kulit, dan kapasitansi. Elnehrawy dan rekanya menggambarkan perbaikan kerutan yang signifikan, terutama lipatan nasolabial, setelah perawatan dengan PRP.
Peneliti lain Everts dan kawanya menerbitkan penelitian mereka menggunakan foto-foto praperawatan peserta sebagai kontrol. Pada yang pertama, peserta menerima suntikan PRP dalam tiga sesi dengan interval satu bulan, sedangkan pada yang terakhir peserta hanya menerima satu suntikan PRP. Mereka menjelaskan bahwa jumlah kerutan berkurang secara signifikan dan kekencangan kulit membaik tepat setelah suntikan PRP pertama, dengan efek ini bertahan selama periode tindak lanjut enam bulan. Terjadi pula, penurunan eritema pasien secara keseluruhan di atas 90% puas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Draelos dan kawan-kawan mencampur dengan serum dan diaplikasikan sebagai masker setelah elektroporasi, dua kali sehari selama 8 minggu menunukan hasil peningkatkan pancaran, luminositas, kekencangan, dan kelembutan kulit. Biopsi kulit yang dilakukan pada empat pasien di akhir periode evaluasi mengungkapkan bahwa PRP yang dicampur dengan serum mampu meningkatkan arsitektur rete peg dan meningkatkan ekspresi gen kolagen. Du dan Leimembandingkan dan mengevaluasi PRP versus phosphate-buffered saline (PBS) yang disuntikkan dalam tiga sesi dengan interval 2 minggu tetapi juga menyinari model kulit organotipik manusia dengan sinar ultraviolet-B sebelum menyuntikkannya dengan PRP untuk mengevaluasi efek pada ekspresi gen, hasilnya meningkatkan kualitas kulit peserta.
Pencitraan multispektral juga mengungkapkan bahwa PRP mengurangi kerutan, tekstur, dan pori-pori jika dibandingkan dengan perawatan PBS. Studi in vitro menunjukkan bahwa PRP memperbaiki penuaan dini kulit akibat sinar matahari melalui regulasi ekspresi gen MMP-1, tirosinase, fibrilin, dan tropoelastin. Akhirnya, Banihashemi dan rekanya melakukan penelitian yang hasilnya menunjukkan bahwa suntikan PRP dalam dua sesi dengan interval 3 bulan, pada tindak lanjut 3 dan 6 bulan dikaitkan dengan perbaikan sedang hingga sangat baik pada lingkaran hitam dan kerutan periorbital, lipatan nasolabial, dan kekakuan kulit (meskipun hanya lingkaran hitam dan lipatan nasolabial yang signifikan secara statistik).
Sebagaimana masyrakat luas sudah mengetahui bahwa tanda-tanda penuaan wajah meliputi :
- munculnya kerutan,
- garis ekspresi yang semakin dalam, dan
- perubahan pigmentasi, tekstur, dan elastisitas kulit.
Interpretasi remajanya kulit bergantung pada keseimbangan yang tepat antara anabolisme dan katabolisme, dan penuaan mencerminkan ketidakseimbangan metabolisme yang progresif, yang meliputi peningkatan degradasi kolagen dan elastin, disertai dengan berkurangnya dan tidak teraturnya produksi serat. Agen terapeutik yang mampu membalikkan proses-proses yang merusak ini, secara teori, dapat menunjukkan efek antipenuaan dan meningkatkan regenerasi estetika wajah.
Plasma kaya trombosit (PRP) didefinisikan sebagai plasma autolog dengan konsentrasi trombosit di atas garis dasar (150.000/μL hingga 400.000/μL), biasanya empat hingga tujuh kali lebih tinggi. Peran penyembuhan trombosit dalam respons terhadap cedera sudah diketahui dengan baik, dengan efek klinis sebagian bergantung pada pelepasan butiran alfa, yang kaya akan faktor pertumbuhan seperti faktor pertumbuhan yang berasal dari trombosit, faktor pertumbuhan transformasi-β1 dan -β2 (TGF-β1 dan TGF-β2), faktor pertumbuhan endotel vaskular, faktor pertumbuhan fibroblas dasar (bFGF), dan faktor pertumbuhan epitel.
Karena penyembuhan luka dan peremajaan jaringan memiliki beberapa fitur metabolik yang sama, dihipotesiskan bahwa PRP dapat bekerja pada kedua jalur tersebut. PRP secara tradisional telah digunakan dalam perawatan regeneratif dalam bedah mulut dan maksilofasial dan bedah umum serta ortopedi,tetapi dalam beberapa tahun terakhir, potensi sifat peremajaannya juga telah memicu minat kedokteran reproduksi dan dermatologi.Ketika diaplikasikan pada kulit, PRP berpotensi mendaur ulang matriks ekstraseluler yang rusak melalui aktivasi metalloprotease matriks leukosit, stimulasi proliferasi fibroblas, dan peningkatan produksi kolagen melalui peningkatan ekspresi regulator siklus sel G1.
Dari proses pengamatan dan pembelajaran saya serta aplikasi klinis ditempat praktek saya dengan beberapa dokter ahli dalam dan luar negeri serta diskusi dengan para peneliti serta mempelajari secara meta analisis digital, dari literasi didapatkan bahwa banyak orang melakukan pencarian digital dengan cara kata kunci : plasma kaya trombosit ATAU PRP dan kata : wajah, penuaan, kerutan, atau peremajaan. Kriteria inklusi yang saya pelajari adalah uji klinis asli yang ditinjau sejawat, ditulis dalam bahasa Inggris, diterbitkan dari 1 Januari 2017 hingga 31 Juli 2022, yang berfokus pada peremajaan kulit wajah, dan perawatan dengan PRP saja atau terkait dengan prosedur lain. Sementara sengaja saya buat Kriteria eksklusi dengan mencari penelitian selain uji klinis (misalnya, laporan kasus, meta-analisis), bahwa penggunaan PRP untuk merawat struktur anatomi selain kulit wajah (misalnya, sendi, ovarium), dan perawatan yang tidak berfokus pada penuaan wajah (misalnya, alopecia, bekas jerawat).Semuanya menghasilkan kepuasan pada hasil therapi menggunakan Plasma kaya thrombocyte
Untuk memahami efek biologis PRP di balik peremajaan wajah, beberapa penulis mengevaluasi efek pada arsitektur jaringan dan profil molekuler. Penelitian sebelumnya yang dilakukan pada hepatosit dan fibroblas dermal melaporkan bahwa faktor yang dilepaskan trombosit meningkatkan ekspresi kolagen, produksi asam hialuronat, dan proliferasi fibroblast. Dalam penelitian yang dipilih untuk tinjauan ini yang membahas pertanyaan ini, PRP meningkatkan elastisitas tidak hanya dengan meningkatkan kandungan dermal pada kolagen dan elastin tetapi juga dengan meningkatkan kapasitas retensi air pada kulit. Analisis ekspresi gen mengungkapkan PRP memiliki efek positif pada peningkatan mRNA kolagen dan dalam respons kulit terhadap sinar ultraviolet-B, dengan memodulasi ekspresi gen metaloproteinase-1 (MMP-1), tirosinase, fibrillin, dan tropoelastin.
Sebagai kesimpulan, penggunaan PRP pada peremajaan wajah masih kontroversial karena banyak dilakukan tanpa standar protocol yang terbaik, tidak seragamnya dalam metode persiapan PRP, protokol pemberian, dan penilaian hasil menghasilkan berbagai macam hasil, mulai dari tidak adanya respons hingga efek yang luar biasa pada kualitas kulit wajah. Dalam sebagian besar penelitian yang termasuk dalam tinjauan ini, PRP tampaknya dapat mengembalikan tanda-tanda penuaan wajah, seperti kerutan, hiperpigmentasi, dan dehidrasi, hingga tingkat tertentu. Peningkatan visual ini disertai dengan respons histologis dan molekuler yang signifikan yang mengarah pada arsitektur matriks dermal yang lebih baik, dan itu sudah cukup bagi para klinisi , saya sendiri terbuka dalam diskusi dan pembagian ilmu dalam kursus jika sejawat ingin mempelajari secara private.(Agus Ujianto)