Dogma.id – Setiap perubahan selalu saja menimbulkan kewaspadaan bagi manusia, semua juga berlaku pada semua tranformasi Kesehatan baik system, maupun dalam tatalaksana keseharian secara praktis. Manusia membuat tehnologi karena berpikir atas keterbatasan yang ada versus keraifan budi pekerti yang diberikan dari Sang Pencipta, Allah SWT berupa akal pikiran. Maka Ketika rasa Syukur berjalan sudah dilakukan, maka untuk mencapai jarak yang jauh memerlukan kuda, meskipun memerlukan effort lebih besar berupa tambahan selain untuk makan dirinya, ia juga harus memberi makan dan memelihara kuda. Ketika jaman berubah dan masih kurang cepat serta tidak bisa menanggulangi halangan seperti Sungai danau dan laut manusia menciptakan kapal, saat harus melintas benua manusia menciptakan pesawat terbang.
Semua tehnologi yang tercipta memerlukan effort kebiasaan yang berdasarkan ilmu, bagaimana cara mengoperasikan dan memanfaatkan tehnologi versus nilai ekonomi dan efisiensi yang lain. Tentu saja smua tehnologi akan memanjakan manusia dan akan menjadikan kerugian yang besar jika tidak dimanfaatkan dengan baik, dan watak manusia yang lebih banyak mengeluh dan malas belajarlah sementara tuntutan kehidupan tambah nyata, smua dengan dalih kewaspadaan lebih suka berjalan kaki untuk pergi kelain pulau dibandingkan rasa takutnya naik pesawat terbang.
Permasalahan terhambatnya tranformasi satu sehat menjadi data nasional juga ketakutan pemanfaatan big data yang diambil alih oleh pihak asing secara makroskopis dan ketidak siapan kebiasaan versus biaya yang dikeluarkan dianggap lebih mahal. Orang masih berpikir bahwa mengirim data dari pelosok atau tempat praktek menuju kantor bpjs lebih murah, lebih tidak banyak resiko dibandingkan mengirimkan data berstandar bpjs dengan email dari jarak jauh. Masih banyak manajemen yang berpikir mengumpulkan berkas, menulis resep dan instruksi di kertas lebih efisien untuk mengetik. Versus kebiasaan jika selama ini tidak perlu mengurusi secara mandiri sip dan str ataupun pajak secara online versus di urusi institusi yang memperkerjakannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Jika tehnologi datang, maka yang sebenarnya harus dipikirkan adalah tanggungjawab versus kompetensi masing-masing. Jika seorang dokter cukup bagaimana membiasakan diri menulis dari kertas ke keyboard, jika seorang manajemen bagaimana arsitektur sebuah system menjadi mempermudah kebijakan dan efisiensi, bagi pemilik bagaimana system mengurangi kebocoran, bagi seorang pelaksana tidak perlu mencari data file di Gudang dan sebagainya. Tentunya semu hal yang akan menjadi penghalang tercapainya satu sehat yang harus segea dipenuhi. Dari mulai hardware , software, sinyal dan bahkan sop jika semua system shutdown.
Kebanyakan program tidak jalan karena kompetensi irisan versus hak profesi yang terlalu memikirkan subsistem yang lain. Misalkan saja seorang dokter bukan manajerial ikut menyalahkan system dan SOP yang ditetapkan , sementara system maupun SOP yang ditetapkan seringkali dianggap tidak melibatkan profesi, maka posisi managerial dan karyawan versus profesi inilah yang perlu didudukkan Bersama demi satu tujuan agar tercapai efisiensi.
Sebagaimana diungkapkan beberapa kali bahwa adanya satu sehat mempunyai beberapa tujuan antara lain :
- Efisiensi waktu : Pasien tidak perlu membawa berkas rekam medis fisik dan mengisi formulir baru setiap kali berobat.
- Informasi kesehatan lebih lengkap : Pasien dapat mengakses informasi kesehatan secara lengkap dan transparan.
- Efisiensi data : Tenaga kesehatan dapat mengakses dan memperbarui informasi pasien secara terpusat.
- Kontinuitas perawatan : Riwayat pengobatan pasien dapat terpantau secara detail dan runtut meski pasien berobat di rumah sakit yang berbeda.
- Koordinasi antar fasyankes : Komunikasi untuk mencari layanan rujukan menjadi lebih mudah.
- Pengambilan keputusan pemerintah : Pemerintah dapat mengambil keputusan yang cepat karena berbasis data dan informasi yang tepat.
- Deteksi dini dan pencegahan : Pemerintah dapat meningkatkan kemampuannya untuk mendeteksi dini, mencegah, dan merespon penyakit menular.
- Meminimalisir kesalahan tindakan medis : Integrasi Satu Sehat dapat membantu meminimalisir terjadinya kesalahan tindakan medis.
Bagi saya, ketua perhimpunan kedokteran terintegrasi Indonesia, Predigiti.id, secara pribadi akan terkena imbas kerepotan, memulai lagi belajar mengetik keyboard, mencari data file sendiri didashboard layer computer, mencari data sendiri di file sejawat lain yang pernah merawat pasien, mengevaluasi pemeriksaan tambahan yang ada kemudian memberikan instruksi, sementara efisiensi ini juga sering dianggap bahwa input dan isnstruksi harus selalu ada didepan pasien, sementara dokter jaga seringkali hanya secara formalitas melaksanakan instruksi lanjutan secra kopi paste dan sering instruksi harus lewat whatsup atau telp dan ditulis ulang oleh dokter jaga karena dokte spesialis masih ada Tindakan sementara pasien bangsal mau pulang. Kondisi ini menjadi seringkali lebih diperhatikan urusan absen dan perut dibandingkan membuat aturan local demi kenyamanan pasien akibat perubahan tehnologi.
Sebagaimana dicanangkan Pemerintah entah siapapun menterinya, Satu Sehat adalah ekosistem digital kesehatan nasional yang memudahkan masyarakat mengakses data kesehatan dan mengelola kesehatan pribadi. Kedepannya Hak pasien untuk membuka catatan medis kemudian mengkomunikasikan dengan berbagai faskes dan petugas Kesehatan berbeda akan menjadikan pasien mempunyai banyak second opinion versus keterbatasn pelayanan disatu tempat dan tempat lainnya. Maka wajar jika kemudian ada para pihak yang memanfaatkan, tetapi kita ketahui bahwa Dimana ada kebaikan disitu pula kejahatan patut diwaspadai.
Integrasi pelayanan kesehatan merupakan suatu pendekatan komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan memadukan berbagai komponen pelayanan, meliputi fungsi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Di daerah terpencil, integrasi layanan kesehatan menjadi sangat penting karena sumber daya seringkali terbatas. Dalam konteks Indonesia, integrasi layanan kesehatan mencakup berbagai layanan, seperti klinik kesehatan, rumah sakit, puskesmas, dan fasilitas kesehatan swasta. Integrasi pelayanan kesehatan memberikan solusi untuk meningkatkan keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan khususnya di daerah terpencil di Indonesia. Dengan menggabungkan komponen layanan yang berbeda, pendekatan ini dapat memaksimalkan penggunaan sumber daya yang terbatas. Oleh karena itu, integrasi layanan kesehatan sangat penting dalam upaya meningkatkan akses dan layanan kesehatan yang lebih efektif di seluruh tanah air.
Peran Sektor Swasta dalam Integrasi Pelayanan Kesehatan
Peran swasta dalam mengintegrasikan layanan kesehatan, khususnya di daerah terpencil, memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan akses dan kualitas layanan kesehatan. Beberapa peran penting swasta dalam konteks ini antara lain menyediakan fasilitas kesehatan, bermitra dengan pemerintah, memberdayakan tenaga kesehatan setempat, dan menggunakan teknologi telehealth.
- Sektor swasta dapat membantu meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan dengan mendirikan fasilitas kesehatan seperti klinik atau rumah sakit di daerah yang membutuhkan.
- Kemitraan antara sektor swasta dan pemerintah daerah dapat memperkuat infrastruktur kesehatan di daerah terpencil.
- Sektor swasta juga dapat berperan dalam pemberdayaan tenaga kesehatan setempat melalui pelatihan dan pengembangan perawat, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya.
- Perkembangan teknologi, sektor swasta dapat menggunakan telemedicine untuk memberikan konsultasi medis kepada pasien di daerah terpencil dan sulit dijangkau.
- Strategi-strategi berbagai pendekatan yang dapat diadopsi untuk meningkatkan partisipasi sektor kesehatan swasta dan pemerintah dalam layanan kesehatan di daerah terpencil.
- Kolaborasi yang erat antara sektor swasta, komunitas lokal dan masyarakat sangat penting untuk memastikan bahwa program kesehatan mencapai tujuannya dan memberikan manfaat maksimal.
Strategi-strategi ini juga menunjukkan pendekatan konkrit terhadap integrasi layanan kesehatan dan peran sektor swasta di daerah-daerah terpencil di Indonesia. Misalnya, mengembangkan layanan swasta di komunitas dan menggunakan telemedicine dapat meningkatkan akses terhadap layanan dan kualitas layanan secara signifikan. Namun tantangan seperti keterbatasan sumber daya dan tingkat kesadaran masyarakat harus diatasi agar strategi ini efektif.
Upaya dan langkah-langkah konkrit seperti program kolaboratif adalah kunci untuk terus meningkatkan akses kesehatan di daerah-daerah terpencil di Indonesia dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah-daerah terpencil tersebut. Dengan komitmen yang kuat terhadap kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta, serta dukungan masyarakat lokal, dapat mencapai tujuan untuk memberikan kesehatan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat Indonesia. Rekomendasi utamanya adalah mendorong lebih banyak inisiatif sektor swasta yang fokus pada daerah terpencil, memanfaatkan teknologi dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan layanan kesehatan ibu dan anak.(Agus Ujianto, ketua predigti.id)